Sumber : Kantor Wali Nagari Koto Tuo
Minggu, 14 September 2014
Senin, 08 September 2014
Kamis, 28 Agustus 2014
Rabu, 27 Agustus 2014
Sejarah Nagari
Sejarah Nagari
Nama Nagari Koto Tuo Berasal dari kata “ Koto Nan Tuo “ Menurut sejarah
orang
tuo-tuo dan tambo lamo sebelum adanya Nagari Palangki dan Koto Tuo, daerah ini dinamakan Nan
Ampek Koto, yaitu :
1.
|
Boduok
|
:
|
Yang
dikuasai oleh Tuan Haji Nan Kiramaik dengan Datuk Rajo Mudo sebagai Pangulu. Kedudukan mereka dalam
Kerapatan nan limo Koto sebagai tiang panjang berasal dari Padang Ganting.
|
2.
|
Muaro Balai
|
:
|
Yang
dikuasai oleh Datuk Lelo Panjang dengan Datuk Pangulu Basa sebagai Pangulu, kedudukan mereka dalam
kerapatan nan limo Koto sebagai sandi padek yang berasal dari Andaleh melalui
Payahkumbuh.
|
3.
|
Batu Mangunyik
|
:
|
Yang
dikuasai oleh Datuk Sinaro Nan Putiah dengan Datuk Rajo Palembang sebagai Pangulu, Kedudukan mereka dalam
Kerapatan atau Pusako nan limo Koto sebagai Parik Paga yang berasal dari Tanah
Datar ( limo kaum ).
|
4.
|
Comintato
|
:
|
Yang
dikuasai oleh Dt. Mogek Kanamaan dengan Datuk Pangulu Sutan sebagai Pangulu yang kedudukannya dalam
kerapatan atau pusako nan limo koto sebagai Camin taruih berasal dari Padang
Ganting.
|
Seiring keberadaan urang Nan Ampek Koto, maka di Guguak Gadang, Limau
Sundai, Batu Kondiek (wilayah Koto Tuo yang berbatasan dengan kecamatan
Sijunjung) sudah ada penduduknya. Pada musim kemarau mereka kesulitan air, maka
pergilah mereka ke Sungai Batang Palangki untuk mengambil air. Selanjutnya
secara berangsur-angsur mereka pindah ke daerah sekitar tepi sungai tersebut (daerah
Koto Tuo sekarang ).
Setelah peristiwa Mundam Hanyuik, orang Nan Ampek Koto pindah dan sepakat mendirikan kampung di
Palangki. Secara berangsur-angsur Nagari Koto Tuo mereka tinggalkan, sejak itu
Koto Tuo lazim disebut dengan “ Koto Tingga “ dan ada “ Kato Nan Tingga “. ( Nan poi jo kain pendukuang
nan tingga jo kampuo buayan ) artinya hutan tanah yang telah dikelola/hutan
jauh diulangi, masih tetap dikuasai oleh yang pindah tapi selebihnya adalah
milik yang menetap di Koto Tuo.
Setelah Ninik Omai menetap, di Palangki Urang Nan Ompek Koto dan Tujuh
Koto rapat di Bukik Nan Bulek dan ditetapkan Datuk Baramban Bosi sebagai Indak Rajo Kagonti Rajo dengan gelar Dt. Bagindo Rajo, sebagai tingkatan diangkatlah Tuanku Nan Kiramaik dengan gelar Datuk Rajo Mudo.
Sejak itu didirikan Datuk Nan Barompek di Koto Tuo, Datuk Nan Salapan
di Palangki dan Datuk Nan Batujuah di Muaro Bodi. Maka terbentuklah Nagari Koto
Tuo, Palangki dan Muaro Bodi secara Adat.
Selasa, 19 Agustus 2014
Sejarah Pemerintahan
Sejarah Pemerintahan
Pada jaman Belanda Koto Tuo dijadikan Wali tepatan yang termasuk kedalam
onder distrik Sijunjung, setelah itu masuk ke onder distrik Sawahlunto. Setelah
adanya pembentukan Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung pada tahun 1948 di Tanjung
Bonai Aur dibentuklah Kecamatan IV Nagari yang terdiri dari 5 (lima) Nagari (
Koto Tuo, Palangki, Muaro Bodi, Koto Baru, Mundam Sakti ).
Pada tahun 1949 diadakan musyawarah oleh tokoh-tokoh di 5 Nagari yang
antara lain :
1. Palangki dengan utusan AB Dt. Rajo Mudo.
2. Muaro Bodi dengan utusan AM. Limbu Batuah.
3. Koto Tuo dengan utusan Raji’un Malin Mudo.
4. Koto Baru dengan utusan S.P Rajo Batuah.
5. Mundam Sakti dengan utusan H.A. Martamin.
Hasil musyawarah adalah akan mendirikan suatu Kecamatan yang mulanya diberi
nama dengan Kecamatan Sembilan Koto di Mudiak, kemudian berubah menjadi
Kecamatan V Nagari setelah pembersihan Pemerintahan RI. Nama Kecamatan V Nagari
diubah menjadi IV Nagari, tanpa proses musyawarah dengan tokoh-tokoh di
Kecamatan ini dan pada waktu itu nagari yang diakui adalah nagari yang ada wali
di Jaman Belanda. Namun Koto Tuo tetap melaksanakan pemerintahan sendiri yang
otonom dengan seorang Wali Nagari.
Setelah Pemberontakan PRRI dibentuklah BMN ( Badan Musyawarah Nagari )
dan diangkatlah Lengah Rangkayo Mulie dari Koto Tuo menjadi Wali Nagari di
Palangki. Selanjutnya BMN berubah menjadi DPRN ( Dewan Perwakilan Rakyat Nagari
) dan berubah lagi menjadi “ Kerapatan Nagari “.
Sejak diberlakukannya UU No. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
(Pemerintahan terendah) maka Koto Tuo menjadi salah satu desa di Kecamatan IV
Nagari Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan pada tanggal 20 Oktober 1982 Koto Tuo
ditunjuk menjadi Pilot Proyek percontohan pemerintahan desa mewakili Kecamatan
IV Nagari. Pada April 1983 semua Jorong di Sumatera Barat menjadi desa dan
sistim pemerintahan Nagari dihapuskan.
Dengan keluarnya UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah ( OTODA )
dan Perda Propinsi No. 9 Thn 2000 tentang kembali ke Nagari yang dijabarkan
dalam Perda Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung No. 22 Tahun 2001 tentang
Pemerintahan Nagari, koto Tuo ditetapkan sebagai Salah Satu Nagari di Kabupaten
Sawahlunto/Sijunjung. Di Koto Tuo diadakan Pemilihan BPAN dan dipilih Wali
Nagari yang dilantik pada tanggal 4 Juli 2002 dan Koto Tuo secara resmi kembali
dikukuhkan sebagai Nagari.
Langganan:
Postingan (Atom)